Majelis Nyala Purnama, Ruang Teduh Rayakan Keberagaman

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Makara Art Center UI bekerjasama dengan Komoenitas Makara dan Urban Spiritual Indonesia mempersembahkan sebuah acara bertajuk "Majelis Nyala Purnama", di gedung Makara Art Center Universitas Indonesia pada Rabu 14 Mei 2025 malam.
Adapun Majelis Nyala Purnama merupakan sebuah ruang teduh untuk merayakan keberagaman serta pelestarian nilai-nilai kebudayaan Indonesia.
Di dalamnya terdapat berbagai macam presentasi karya seni seperti Musik Etnik, Puisi, Tari, Pencak Silat, Ngaji Budaya, dan ditutup dengan Meditasi di bawah Cahaya sinar bulan purnama.
Baca juga: Catatan Cak AT: Tambang Emas Tembakau Madura Minus Keadilan Sosial
Pada penyelenggaraan perdananya kali ini dilangsungkan juga acara peluncuran buku berjudul “Oase Hikmah Para Masyayikh” karya Dr. Ngatawi Al-Zastrouw yang merupakan Kepala Makara Art center Universitas Indonesia sekaligus Pembina Komoenitas Makara.
Acara ini mengajak para hadirin untuk meresapi cahaya purnama bersama berbagai macam genre seni yang menghangatkan jiwa dari sejumlah penampil, di antaranya: Dr. Ngatawi Al-Zastrouw, Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto, Dr. Turita Indah Setyani, Fitra Manan, Mustafa Ismail, Willy Ana, Swara SeadaNya, Mahwi Air Tawar, Michail Abel Firdausi, Tatty Aprilyana, M. Elbar Syahputra, Indonesiana Ayuningtyas, dan Yogie Sany.
“Padhang bulan, atau purnama merupakan momentum sarat makna bagi bangsa Nusantara. Banyak ritual bersifat magis dan kultural yang dilaksanakan di bulan purnama. Dalam beberapa syair tembang religi karya para wali , Padhang bulan menjadi simbol sebagai jalan terang nur ilahi. Inilah yang menyebabkan tradisi purnama selalu menjadi media introspeksi dan munajat pada ilahi," ujar Dr. Ngatawi Al-Zastrouw.
Baca juga: Gelar Operasi Berantas Jaya, Polrestro Depok akan Sikat Preman Berkedok Ormas
Majelis Nyala Purnama merupakan ruang bagi segala ekspresi rasa kemanusiaan. Dilakukan saat bulan purnama, menjadi sebuah ilham yang tak pernah lekang ditelan zaman.
"Saat bulan berada dalam bentuk utuhnya dipercaya sebagai waktu yang paling kuat untuk berbicara dengan roh leluhur atau memanjatkan doa," ujar Ketua Komoenitas Makara, Fitra Manan.
Pendiri Urban Spiritual Indonesia Dr. Turita Indah Setyani menjelaskan, bulan purnama terjadi ketika bulan dan matahari berada di tiap sisi bumi yang berseberangan atau bulan kembali pada posisi yang sama setelah mengelilingi bumi.
Baca juga: Wakil Wali Kota Depok Chandra Rahmansyah: CFD Bagian Komitmen Menjaga Lingkungan
Bulan purnama memiliki kekuatan energi murni sehingga sering terjadi fenomena alam seperti air pasang, migrasi juga perkembangbiakan spesies tertentu.
Pada saat itu orang Jawa melakukan pelepasan diri dari kehidupan duniawi dengan laku spriritual untuk mencapai kondisi kemanunggalan dengan Yang Mutlak, atau Manunggaling Gusti kalawan kawula.
"Minimal untuk menjaga kesehatan jasmani-rohani, mental-spiritual, dan keselarasan semesta, menyeimbangkan harmonisasi alam. Bahkan tercatat dalam naskah-naskah Jawa, waktu bulan purnama juga dimanfaatkan untuk dolanan anak dengan permainan yang memiliki makna filosofis tertentu," jelasnya.
Baca juga: Cuma di Depok, Ada Tawuran Pelajar SD, Ini Kata Menteri PPPA
Sejumlah tamu juga hadir di acara ini, seperti Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Arifah Choiri Fauzi beserta keempat putra-putrinya yang memberikan kejutan untuk sang suami, Dr. Ngatawi Al Zastrouw, saat peluncuran buku.
Kemudian hadir juga Irjen Pol. Muhammad Zainul Muttaqien, S.H., S.I.K., Map yang merupakan Deputi Pencegahan Badan Narkotika Nasional (BNN), Ketua Umum Yayasan Global CEO Indonesia Trisya Suherman, dan Kepala Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (PPKB FIB UI) Dr. Lily Tjahjandari
Majelis Nyala Purnama menurut rencana akan diagendakan rutin setiap bulannya, dan tentu saja dengan berbagai macam variasi kegiatan seni yang akan dipentaskan. (***)